Profesi dokter gigi bukanlah sesuatu yang muncul secara instan di era modern. Sejarah menunjukkan bahwa praktik kedokteran gigi sudah ada sejak ribuan tahun https://oriteethdentalclinic.com/ yang lalu. Di Mesir kuno, sekitar 5000 tahun yang lalu, para tabib telah mencatatkan upaya untuk mengatasi masalah gigi, meskipun tentu masih sangat sederhana dan jauh dari praktik medis yang kita kenal sekarang.
Kemudian, pada abad pertengahan, peran dokter gigi sering kali diemban oleh tukang cukur. Mereka melakukan pencabutan gigi menggunakan alat-alat seadanya, seringkali tanpa anestesi. Profesi ini mulai menunjukkan perkembangan signifikan di abad ke-18, ketika Pierre Fauchard dari Prancis menerbitkan buku berjudul Le Chirurgien Dentiste pada tahun 1728. Buku tersebut menjelaskan teknik dan alat kedokteran gigi secara sistematis, menjadikannya sebagai “Bapak Kedokteran Gigi Modern.”
Seiring waktu, pendidikan formal dalam bidang kedokteran gigi mulai bermunculan. Di Indonesia sendiri, sekolah kedokteran gigi pertama kali dibuka pada tahun 1928 di Surabaya, dan sejak saat itu, profesi ini terus berkembang seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mulut dan gigi.
Di balik jas putih dan senyum ramahnya, dokter gigi memikul tanggung jawab besar dalam menjaga kesehatan masyarakat. Tanggung jawab seorang dokter gigi tidak hanya sebatas mencabut gigi atau membersihkan karang gigi. Mereka bertugas mendiagnosis, merawat, hingga memberikan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya menjaga kebersihan mulut.
Lebih dari itu, dokter gigi juga harus mampu mengenali tanda-tanda penyakit sistemik yang bisa terlihat dari kondisi rongga mulut. Misalnya, gejala awal diabetes, infeksi, hingga kanker mulut bisa terdeteksi lebih awal jika pasien rutin memeriksakan diri ke dokter gigi. Ini menunjukkan betapa vitalnya peran dokter gigi dalam sistem kesehatan secara menyeluruh.
Tanggung jawab lainnya adalah menjaga etika profesional. Dokter gigi wajib menjaga kerahasiaan medis pasien, memberikan pelayanan berdasarkan kompetensi dan pengetahuan ilmiah terkini, serta menjunjung tinggi integritas profesi. Dalam prosesnya, dokter gigi juga harus terus mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu kedokteran gigi yang terus bergerak maju.
Menjadi dokter gigi bukan sekadar soal kemampuan teknis. Dibutuhkan ketelitian, kesabaran, dan kemampuan komunikasi yang baik agar pasien merasa nyaman selama perawatan. Tidak jarang, seorang dokter gigi juga harus menghadapi pasien yang takut atau trauma terhadap perawatan gigi. Di sinilah pentingnya empati dan pendekatan psikologis dalam praktik sehari-hari.
Melalui sejarah panjang dan tanggung jawab besar yang diembannya, profesi dokter gigi layak mendapatkan penghargaan tinggi. Mereka tidak hanya merawat gigi, tapi juga merawat senyum dan meningkatkan kualitas hidup banyak orang.