Sejarah awal Gereja Katolik bermula pada abad pertama Masehi dengan kehidupan dan ajaran Yesus Kristus serta para rasul-Nya. Rasul Petrus dianggap sebagai salah satu tokoh utama dalam pendirian Gereja, karena ia dipercayai sebagai pemimpin para rasul dan pondasi gereja yang pertama di Yerusalem. Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, Petrus memimpin jemaat awal dalam menyebarkan ajaran Kristen di tengah tantangan dan penganiayaan dari otoritas Yahudi dan Romawi. Peran Petrus sebagai pemimpin jemaat memberikan dasar bagi konsep kepausan yang kelak menjadi ciri khas Gereja Katolik.

Pada masa-masa awal tersebut, gereja mulai tumbuh dan berkembang di berbagai kota penting Kekaisaran Romawi seperti Antiokhia, Efesus, dan Roma. Selama periode ini, ajaran Kristen belum terpusat sepenuhnya, sehingga muncul berbagai pandangan dan ajaran yang berbeda-beda. Untuk menjaga kesatuan iman dan doktrin, gereja melakukan konsolidasi dan menetapkan ajaran yang benar melalui berbagai sinode dan konsili.

Salah satu momen penting dalam sejarah Gereja Katolik adalah Konsili Nicea yang diadakan pada tahun 325 Masehi atas perintah Kaisar Konstantinus. Konsili ini bertujuan untuk menyelesaikan konflik doktrin, terutama mengenai sifat Yesus Kristus yang menjadi pusat perdebatan antara ajaran ortodoks dan ajaran Arianisme yang menolak keilahian Yesus. Konsili Nicea berhasil menetapkan bahwa Yesus adalah “sehakikat” dengan Allah Bapa, yang kemudian dirumuskan dalam Pengakuan Iman Nicea sebagai dasar kepercayaan Gereja Katolik.

Konsili ini juga menandai era baru dalam hubungan antara gereja dan kekaisaran, di mana Kekaisaran Romawi mulai memberikan perlindungan dan pengakuan resmi terhadap agama Kristen. Sejak saat itu, Gereja Katolik berkembang menjadi institusi yang kuat dengan struktur organisasi yang lebih teratur, dan ajaran yang lebih https://thesilit.com/id/ terstandarisasi, meletakkan fondasi bagi pertumbuhan kekristenan di seluruh dunia.