Jakarta – Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) terpantau turun pada 2024. Pada perdagangan Selasa, 30 Mei 2024, saham ASII ditutup naik 2,49 persen ke posisi 5.150.
Memberitakannya data RTI, harga saham ASII naik 2,49 persen dalam sepekan. Tetapi sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), ASII telah terkoreksi 8,85 persen. Kinerja lima tahun terakhir, saham ASII telah turun 37,95 persen.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro mengatakan, secara biasa pergerakan harga saham diberi pengaruh oleh demikian itu banyak faktor. Misalnya kondisi perekonomian, baik global ataupun domestik. Kemudian kondisi finansial makro dan kondisi mikro di dalam negeri. Tak tertinggal, sentimen geopolitik.
“Kami menyadari, dan kami juga memandang adanya tekanan kepada harga saham Astra. Ini memang tak terlepas dari sentimen kepada perekonomian global dan domestik,” kata Djony dikutip Rabu (1/5/2024).
Di samping itu, Djony mencermati adanya respon pasar kepada munculnya kompetisi di sektor otomotif. Salah satunya dengan munculnya pesaing-pesaing baru, terutama di battery EV atau BEV. Misalnya dari Korea yang dianggap sebagai ancaman kepada posisi Astra.
“Perlu kami sampaikan bahwa kami kurang sepakat dengan banyaknya analitik yang kurang positif dan banyaknya kekhawatiran ini,” imbuh Djony.
Menurut ia, Astra mempunyai prospek baik disokong fundamental yang solid. Djony menjabarkan, Astra mempunyai portofolio bisnis yang bermacam-macam dan terdiversifikasi dengan baik, serta telah ternyata resilient dengan bermacam-macam tantangan dan krisis yang dialami. Misalnya selama pandemi Covid-19.
Pertumbuhan Tetap
Kinerja catatannya, portofolio bisnis yang dimiliki Astra juga memberikan pertumbuhan yang tetap dengan compounded growth rate (CAGR) selama 5 tahun terakhir sebesar 9%, bandingkan https://mundorubi.com/ dengan gross domestic product Indonesia yang masih di bawah angka hal yang demikian pada jangka waktu yang sama.
“Ini menunjukkan bahwa kombinasi dari portofolio bisnis kami itu memberikan growth yang lebih tinggi dari pada rata pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Djony.
Kinerja Astra disokong oleh faktor fundamental yang kuat dan solid. Tata kelola yang baik, serta yang paling penting ialah disokong oleh neraca yang sehat.
Kinerja Keuangan
Pada tahun buku 2023, Astra International membukukan pendapatan bersih Rp 317,56 triliun. Pendapatan itu naik 5,04 persen dibandingkan pendapatan pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 301,38 triliun.
Dari raihan itu, perseroan membukukan laba jangka waktu berjalan yang bisa diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 33,84 triliun. Laba ini naik 16,91 persen dibandingkan laba pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 28,94 triliun.
Dari sisi aset perseroan hingga akhir Desember 2023 tercatat sebesar Rp 445,68 triliun, naik dari Rp 413,3 triliun pada akhir 2022. Liabilitas ikut naik menjadi RP 195,26 triliun pada akhir 2023 dari Rp 169,58 triliun pada akhir 2022. Sementara ekuitas hingga akhir 2023 naik menjadi Rp 250,42 triliun dari Rp 23,72 triliun pada 2022.