Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan pengungsi UNRWA, Kamis (9/5/2024) mengatakan bahwa sekitar 80 ribu orang telah melarikan diri dari Rafah.
Mereka bereksodus sejak Senin (6/5) sewaktu Israel meningkatkan operasinya di Rafah, bagian selatan Gaza.
Apa yang dialami warga Gaza sungguh-sungguh sulit. Tak ada tempat yang aman,\\” tulis UNRWA di X, dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (10/5).
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz pada Kamis (9/5) mengatakan bahwa militer negaranya akan terus memerangi Hamas sampai kalah.
Pernyataannya disajikan sehari setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa AS tidak akan memberikan senjata ofensif terhadap Israel.
Lantaran kuatir mahjong ways senjata hal yang demikian bisa diterapkan dalam menguasai Rafah.
Langkah itu diambil setelah para pejabat AS berpekan-minggu mengucapkan sanggahan terhadap agenda Israel melakukan ofensif di Rafah.
Sementara itu para pejabat Israel mengatakan, perlunya melakukan operasi di kota itu untuk menempuh targetnya menaklukkan Hamas serta mempertimbangkan pembebasan para sandera yang ditawan di Gaza.
Para saksi mata melaporkan bahwa Israel pada Kamis (9/5) menggempur Rafah, sementara militer Israel melaporkan pihaknya menyerang posisi-posisi Hamas di Gaza Tengah.
Para pejabat PBB mengucapkan kekhawatiran mengenai pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk bahan bakar, di tengah-tengah serangan Israel di kawasan Rafah.
Rafah Jadi Pintu Masuk Bantuan Internasional ke Gaza
Rafah ialah lokasi penyeberangan utama untuk membawa masuk bantuan dari Mesir.
Militer Israel, Rabu (8/5) mengatakan telah membuka kembali pos penyeberangan Kerem Shalom. Tetapi, PBB mengatakan belum ada bantuan kemanusiaan yang masuk kawasan Palestina sebab tidak seorang malahan yang hadir untuk menerimanya.
Para pekerja meninggalkan tempat itu sebelumnya sebab serangan Israel di dekatnya.
Penyeberangan Kerem Shalom ditutup akhir minggu lalu setelah serangan roket Hamas menewaskan empat tentara Israel.
Sampai sekarang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sekitar 1,2 juta orang berlindung di Rafah, dan lebih dari setengahnya ialah anak-anak.
Banyak dari mereka berasal dari tempat-tempat lain di Gaza yang bereksodus untuk mencari keselamatan dan perlindungan, sewaktu serangan Israel terhadap Hamas menyebabkan sebagian besar Jalanan Gaza hancur.